Monday, April 30, 2012

Anwar dan Sang Burung Kecil

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat
lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia
bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu
bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela
dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di
jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan
diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk
di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang
berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa
menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada
Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal.
Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar
berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari
hujan, dan dia segera membuka jendela.

“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”

“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam
sampai hujan reda.”

“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum
pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu!
Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”

“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang
tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut
mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh
darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal
lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”

Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,”  pikir Anwar. “sayapmu terlalu
tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana
kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”

“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga
karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,”
mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan
mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih
sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin
berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan
yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang
sangat jauh.”

Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat
sedang terbang?”

Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami.
Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami
indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera
penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal
itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat
jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan
penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat
menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata
kami seperti manusia karena mata Dan Apakah mereka tidak memperhatikan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka ?
tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya
Dia Maha melihat segala sesuatu. (Qs. Al-Mulk, 67:19)

kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala
kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”

Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala
mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung
seperti itu?”

“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang
sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata
mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu
dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga
jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka
dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala
mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan
kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan
jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”

“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar
bertanya.

“Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang
berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya.
“Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami
tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa
serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah
mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan
biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada
ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari
tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari
jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna
untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia
butuhkan.”

Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai
telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku
dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”

“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami
menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya
kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian
burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar
suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara.
Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar
manusia,” sang jelatik memberitahukannya.

Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu.
Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”

Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda
untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam
lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis
layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang
itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”

“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?”
Anwar ingin tahu.

“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata
sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan
melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah
tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi
jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah
membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang
diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS. an-Nahl, 16:79)

“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak
semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.

Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan
kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala
agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami
memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat
berenang.”

“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan
memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”

“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,”
kata sang burung.

Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar
untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat
bersamaan, hujan pun telah reda.

Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan
mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada
teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah
menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang
sedemikian sempurna.”

“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik.
“Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu
tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada
kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”

“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju.
“Semoga Allah melindungimu.” Anwar membuka jendela dan sang burung segera
terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam
ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Karya : Harun Yahya
 

2 comments: