Monday, August 20, 2012

Masya Allah, udah lebaran aja ya.
Nggak tau nih mesti gembira atau sedih.
Selama hampir satu semester keberjalanan kammi 2012, sudah banyak suka-duka yang Soskemas rasakan. Firman Allah yang satu ini dirasain juga deh sama Soskemas.
 "dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara  manusia (agar mendapat pelajaran). QS. ALI IMRAN:140
Shadaqallahul adzim...
Nah, terus apa dong pelajaran yang sudah didapatkan Soskemas? Subhanallah, banyak teing euy.
1.) Kita jadi tau dan paham nih kalau dakwah itu kudu sabar, banyak ujiannya.
   "apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "kami telah beriman,"    sedang mereka tidak diUJI lagi? dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. QS. AL ANKABUT:2-3
Jadi, ibaratnya nih ya pake bahasa Soskemas. Kalau kita udah mengatakan, "aku kader kammi". Nggak bakal dibiarin sama Allah sampai dia membuktikan perkataannya. Pasti deh diuji. Capeklah, nggak ada dana lah (selalu, hehe), partner yang begitu lah, banyaklah.
2.) Dakwah ini sepanjang sejarahnya yang panjang merupakan medan perlombaan dalam mempersembahkan potensi dan pengorbanan di segala bidang. Coba deh buka QS. AL HUJURAT:15.
Kita suka sedih dan menyayangkan kawan-kawan yang udah daftar tapi nggak mau selesai sampai finish.
Kalau disamain kayak lomba lari. Udah daftar ikutan lomba, eh nggak taunya masih ada aja yang nyantai-nyantai di setengah, sepertiga, seperempat (lintasan), atau bahkan mungkin masih di start. Aduh, sayang banget kan. Kapan nyampe nya? Atau malah mungkin nggak mau menang? Lha, ngapain juga ikutan lomba?? hihihi
Coba aja kita nonton zamannya Rasul dulu. Paman Umar ibn Khaththab bernafsu banget buat mengungguli Paman Abu Bakar dalam hal amalannya. Gimana nggak, Paman Abu selalu menjadi yang yang pertama dan terbanyak santunannya sampai-sampai mengorbankan kepentingan diri dan keluarganya. Dan pada akhirnya, Paman Umar mengaku kalah "saya tidak pernah mengalahkannya (Abu Bakar) sama sekali selamanya". HR. BUKHARI
Subhanallah, keren banget ya Paman Abu. Paman Umar juga, kan pecundang itu orang yang sudah menyerah sebelum mencoba.
3.) Pertolongan Allah itu ada saja datang dari arah yang tak disangka-sangka.
 Mungkin Soskemas termasuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa di dalam surat AT THALAQ:2,
"... ... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya."
aamiiin ya Rabb. hehe
Sering lho kita merasa, "duh, nih acara bakal jalan nggak ya?". Kok belum ada dananya? (dana lagi-dana lagi). At the last, maturnuwun for Kaderisasi. Insya Allah kalau udah ada rezeki dibalikin. Doain yak. Makanya gara-gara krisis nada eh dana yang tak berkesudahan ini, kita jadi tau kalo finansial itu kudu di upgrade. (No 4 ya)
Kok orang-orangnya pada nggak ada ya? Bingung juga, nggak inget apa kita kan KESATUAN Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia? Kalau "aksi" kudu bareng-bareng dong.
Di lain waktu khawatir juga, diculik apa? Tapi nggak mungkin lah. Secara zaman Reformasi gitu, setau kita Pak SBY nggak maen culik-culikkan deh. Tapi, maennya suap-suapan.Ups,
4.) Finansial itu kudu di upgrade
    Finansial itu salah satu dari 4 kapasitas diri yang kudu di upgrade. Apa aja sih 4 itu? Ilmu, Ibadah, Teknologi dan Finansial. Kita-kita yang dari sononya nggak bisa dan nggak biasa cari duit, jadi termotivasi juga nyoba-nyoba buat cari duit dengan usaha sendiri Muslim kan harus kaya. Agak malu dan sungkan juga kalo tiap mau ada agenda, sebar proposal sana-sini. Minta dana dari para alumni dan donatur yang baik hati. Ya sah-sah aja sih, tapi bukan menjadi prioritas utama. Lebih mandiri hasil usaha sendiri.
Sempet kepikiran juga nih, kan banyak yang ngiklan tuh di FB nya Soskemas. Tarikin bayaran aja, jual jasa nampang gitu. hehe...Boleh nggak sih?? Kesempatan nih.
5.) Kita yang butuh dakwah
    Kaget juga waktu baca QS. AL A'RAF:164. Disitu disebutkan bahwa dakwah itu sebagai "MA'DZIRATAN"(hujjah/alasan/pelepas tanggung jawab). Terus kita bayangin, ketika nanti kita dihadapkan Allah di hari pembalasan dan dikumpulkan  dengan orang-orang yang berbuat maksiat yang semasa hidupnya di sekitar kita. Hujjah inilah yang yang akan membuat kita berkata,"ya Allah, sesungguhnya aku sudah memperingatkan mereka untuk tidak begini-begitu." Berbahagialah ketika Allah menjawab,"engkau benar hambaKu. Malaikat, masukkan ia ke dalam surgaku."QS. AL A'RAF:165.
Nah, apa jadinya kalo kita tidak punya hujjah di hadapan Allah pada hari dimana semua orang saling menyalahkan?? Apa bedanya kita dengan mereka???
 Na'udzubillah tsumma na'udzubillah
Makanya nggak salah banget waktu ada temen yang kesel ketika dirasa apa-apa kok dia. Yang lain ngapain aja?? Dia berdiplomasi membangkitkan kesadaran jihad fii sabilillah, "Dakwah itu kebutuhan bagi saya. Layaknya makan dan minum. Saya nggak bisa hidup tanpa dakwah. Terserah kalian mau ngapain aja. Mau fokus di sini kek, di sana kek. Saya akan tetap di sini dengan atau tanpa kalian!" "Sudah jelas-jelas tertulis dalam hadits, bahwa hanya akan ada satu yang selamat di hari akhir nanti. Yaitu ahlus sunnah wal jama'ah. Di situ ada kata "jama'ah"nya, jadi selamatnya jelas berjama'ah nggak sendiri-sendiri!" Glek! Kebayang nggak sih kalo kita yang digituin. Harga diri kita sebagai da'i sejati dikemanain?
Wallahu'alam
6.) Belajar banyak-banyak husnudzon
    Soalnya su'udzon itu bisa membuat ukhuwah menjadi renggang. Karena adanya prasangka-prasangka jelek dan parahnya lagi tidak segera dicari tau kebenarannya. Makanya, diingetin lagi ya temen-temen staf. Kalo berhalangan hadir syuro itu ya mbok izin dan menyertakan alasan syar'i. Jadi, nggak su'udzon kadep-sekdepnya. Sampai dikira diculik pak SBY segala. Su'udzon kuadrat deh.
Astaghfirullah
7.) Dakwah itu butuh konco
    Walau pun da'i itu alim, banyak ilmunya, dan keliatan strong banget. Tetep aja dia manusia biasa yang punya keterbatasan. Ada kalanya merasa capek, sedih, frustasi . Makanya, dalam dakwah, ukhuwah itu number one. Dimana sudah bisa mengenal dan memahami satu sama lain jadi bisa tolong-tolongan, terus bisa merasa senasib sepenanggungan. Intinya, peduli sama kawan jihadnya.
Kalau udah merasa hebat sendiri di jalan dakwah ini sehingga tak butuh konco lagi, sadarlah sodara! Pantengin tuh kalimat yang di atas, kecuali yakin kalo do'i bukan manusia biasa. Emangnya malaikat?? Nabi Muhammad aja ngajakin Paman Abu buat hijrah. Nabi Musa juga nggandeng Harun waktu melawan Fir'aun. Jadi, dijagain ya kawan jihadnya. Baru tau rasa lho kalo dia ngilang dan kamu kelabakan nggak ada yang bantuin. Dari jauh kita cuma bisa bilang, "kasian deh looo..."
7.) Kekuatan Do'a
    Kalo ada kawan jihad yang belum juga ada tanda-tanda nyampe finish atau masih lelet banget waktu di lintasan. Selain diingetin, dido'ain juga. Soalnya ini menyangkut hati. Nggak berhak kita memonopoli hatinya seseorang semau kita. Dan dijamin nggak bisa juga. Hanya Dia lah yang bisa, Sang Maha Membolak-balikkan hati.
8.) Lurusin niat dan nggak boleh khawatir sama sesuatu yang belum tentu terjadi
    "Ketahuilah bahwa pertolongan itu datang sesuai kadar niat. Dan pahala itu datang sesuai kesulitan yang dialami. Seorang muslim tak boleh khawatir  dengan bencana yang menimpanya, selama ia benar-benar yakin dengan pertolongan Allah atasnya." KHALID BIN WALID
Like deh Paman Khalid. Nggak perlu komen lagi.


Itulah  banyak pelajaran yang bisa Soskemas ambil. Monggo di ambil baiknya dan diluruskan jika ada salahnya.
"maaf lahir batin ya buat semuanya. mulai dari nol lagi." :)

Thursday, July 19, 2012

afwan, afwan, publikasi agenda di SLB agak telat banget. Hheheh
Untungnya blog Kammi Teknik http://kammiftundip.blogspot.com tanpa harus diminta sudah mau berbaik hati untuk memback up. Syukron Jazilan Kammi Teknik :)
Di blog Kammi Teknik yang teman-teman baca adalah versi asli santun. Tapi, di blog Soskemas yang akan teman-teman baca ini adalah versi ngocolnya tapi teteeeppp santun.
Ternyata nih yang bikin seru, pengurus Kammi Teknik juga pada ikutan lomba kayak akh Bima (Kadept Kaderisasi), akh Ihsan (Kadept Kastrat), akh Reza (Kadept Ekonomi), akh Firman (staf Soskemas), akh Rio Utomo (staf Soskemas), ukh Mita (staf Soskemas) dan wow... akh Lukas (mas'ul FSMM) ikutan juga lho. Nggak percaya??? Coba kita lihat karya-karyanya,










Hhahahah, ketawa dulu dong.
Iya, iya, bercanda. Bukan mereka kok. Itu adalah karya adik-adik SLB yang kebetulan namanya sama atau nyaris sama tapi dipaksain sama. Walaupun begitu, sayang sekali karya adik-adik tuh nggak termasuk dalam daftar karya yang lolos seleksi tahap akhir. Iyalah, kammi kan nggak maen KKN.
Bisa teman-teman lihat, ada yang kelasnya golongan B, ada juga yang C. Sekedar tau aja nih, golongan B itu setingkat di atas C. Jadi gampangannya, kalo kamu lebih pinter dari temenmu berarti kamu golongan B dan temenmu golongan C. Tinggal urusannya nanti temenmu terima apa nggak dibilang golongan C. Lha, nama-nama di atas golongan C semua. Yaa, itu berarti mereka punya masalah dalam hal inteligensia nya. Makanya,  mewarnainya ada yang berantakan banget, gambarnya ada yang nggak jelas banget. Mereka memang luar biasa. Luar biasa dalam hal semangat yang terkadang bikin kita kerepotan mengimbanginya. Luar biasa dalam tingkahnya yang seringkali mengundang gelak tawa. Ditambah lagi dengan guru-gurunya yang sabar bin telaten abiss. Klop dah!!! Salut buat SLB Negeri Semarang.
Adik-adik manis, kammi akan merindukanmu,
terasa sangat cepat waktu itu berlalu,
padahal kammi masih ingin berlama-lama denganmu,
Semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu...



Thursday, May 3, 2012

Songsong Hari Pendidikan dengan Semangat Mahasiswa

Rasanya baru saja tempo hari kita duduk di bangku SD. Baru beberapa hari yang lalu kita berlomba menembus pintu gerbang kelulusan UAN di SMA, plus ketertatihan kita mengikuti SNMPTN untuk dapat mengenyam pendidikan di kampus ini. Baru kemarin pula rasanya kita mencium tangan ayah dan ibu meminta doa restu berangkat ke tempat merakit mimpi. Eh, tahu-tahunya sekarang sudah pada sibuk di UNDIP dengan seabrek aktivitasnya.
Bersyukur sekali rasanya, kawan. Kampus ini memberikan kita fasilitas yang serba digital, gedung yang megah dan dilengkapi dengan wifi, perpustakaan yang luas, plus penantian meja dunia kerja setelah kita lulus nanti. Gratis? Hebatnya adalah banyak mahasiswa di perguruan tinggi lain harus berjuang keras meraih pendidikan yang sudah serba mahal ini. Sedangkan di sini, UNDIP, dengan uang beasiswa 3 juta kurang setengah orang tua kita tak perlu lagi melepas peluh dan penat terlalu banyak karena kita disekolahkan (dibantu) oleh Negara.
Coba deh kita hitung-hitung, jikalau kita tak berhasil sampai di sini, apa mungkin kita sanggup kuliah di fakultas teknik, kedokteran atau fakultas lainnya yang kita mau? Apa bisa kita sampai di kota lumpia ini, duduk manis di kelas memperhatikan dosen mengajar tanpa mesti keteteran memikirkan biaya kuliah? Mari kita andaikan jika kita kuliah di tempat lain.  Sedikitnya satu semester kita perlu dua juta, perbulannya kita perlu uang makan dan sewa kos sekitar satu juta. Maka selama 18 bulan kuliah  sudah hampir 25 juta biaya yang kita dihabiskan. Dan orang tua kita harus mengeluarkan sebanyak itu. Kalau ada 8 semester yang akan kita lewati artinya kita butuh 48 bulan, sedikitnya 60 juta yang harus ayah dan ibu kita bayar. Sedangkan di sini, bisa dibilang banyak bantuan bagi orang-orang pintar, kawan. 
Kita jauh lebih beruntung dibandingkan anak-anak jalanan yang harus menjadi pengamen, pengasong, atau bahkan pengemis untuk hanya sekadar mencari seteguk air (apalagi sesuap nasi). Dengan uang beasiswa sebanyak yang kita terima, apalah arti uang tiga ribu yang senilai nasi uduk bagi kita. Itu sudah sangat berarti bagi orang-orang yang tak seberuntung kita. Rasanya tak ada lagi alasan bagi kita untuk mengeluhkan susahnya memahami Mattek, micro, atau Eldas di perkuliahan. Hehe.. maklum anak siskom.
Lalu, siapa sih yang membawa kita ke tahap ini? Tentu saja Tuhan Yang Maha Penyayang yang memberikan semua kenikmatan hidup ini. Pertanyaannya, lewat siapa pertolongan itu disampaikan pada kita? Sejak kapan kita bebas memilih dan meraih pendidikan? Pada siapa kita harus berterima kasih?
Kita semua tahu, sekarang ini Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei. Maka apakah hari itu cukup hanya dengan diperingati saja dengan upacara dan serangkaian acara? Tidak! Sungguh hari itu adalah salah satu momen terpenting bangsa Indonesia yang sudah mulai mengangkat kembali derajatnya melalui tangan-tangan Ki Hajar Dewantara dan pahlawan lainnya. Tanpa Bapak Pendidikan kita itu, pendidikan di negeri ini tidak akan bisa semaju sekarang. Tanpa jasa beliau, kita takkan mungkin melihat program-program pemerintah yang memberi pendidikan dasar secara gratis, memberi bantuan ini dan itu untuk pendidikan kita. Tanpa segala usaha dan semangat yang dicurahkan oleh Bapak Pendidikan ini, rasanya takkan mungkin ada pelajar dari luar negeri masuk ke sini.
Sekali lagi, apa cukup hari pendidikan hanya untuk diperingati saja? Apakah arti 2 Mei 1889 itu hanya sebatas tanggal kelahiran seorang Raden Mas Soewardi Soeryaningrat? Sekali lagi tidak. Di zaman sekarang, telah banyak Dewantara-Dewantara lainnya yang berjuang keras demi pendidikan kita. Kita lihat orang tua kita, peluhnya tak pernah kering untuk membuat kita setidaknya tak harus berprofesi lebih rendah dari ayah dan ibu kita. Kita lihat guru-guru kita, berjuang mengajar kita dengan sabar untuk membantu kita menjadi generasi yang terdidik dan terpelajar. Dosen-dosen kita di sini, meninggalkan anak-anak mereka di rumah hanya untuk memberi kita ujian susulan, remedial, atau SP. Tidakkah kita ingat, ayah menjual motornya untuk biaya kita terbang ke Semarang, dosen memberi tugas untuk mendongkrak hasil kemalasan belajar kita?
            Hebat bukan? Semua itu mereka lakukan selalu, setiap hari, tanpa menunggu tanda bintang melekat di bajunya sebagai tanda bahwa orang tua dan guru-guru kita telah banyak sekali berjasa. Membuat kita tahu bagaimana rasanya sekolah di bangunan ber-AC ini.
Lalu teman-teman, apakah yang sudah kita coba berikan untuk orang tua, guru, atau paling tidak untuk diri kita sendiri? Ingatkah kita setiap ada perapelan uang beasiswa, kita mengeluh dan “pray for beasiswa”? Eh, giliran saat Kuis atau UAS ditunda, kita kegirangan bukan main. Saat diminta menyisihkan sepuluh dua puluh ribu untuk kegiatan kampus, mulut-mulut kita protes. Tapi, saat kita dibayar padahal hanya untuk duduk mendengar dosen mengajar, kita masih saja merasa kurang.
Lalu dengan adanya peringatan Hari Pendidikan Nasional yang ke-123 ini, apa kita masih sama? Masih suka bermalas-malasan, menjadikan buku pajangan berdebu. Apa kita hanya akan begitu? Padahal sudah banyak sekali yang dilakukan para pejuang pendidikan untuk kita, terutama orang tua dan guru-guru kita. Apa yang bisa kita balas untuk mereka, teman? Ada? Puaskah kita hanya dengan nilai C? Mana semangat kita, kawan?! Dulu kita mendaftar di antara puluhan peserta SNMPTN dengan semangat api membara—sampai hangus—demi membahagiakan orang tua kita dan menjadi anak yang berpendidikan.
            Sudah hilangkah diri kita yang dulu? Haruskah kita menunggu kita tiba di meja seminar agar kita sadar apa yang seharusnya kita lakukan dari sekarang? Apa kita harus selalu menunggu sang 2 Mei tiba? Tidak, teman. Hari untuk pendidikan itu adalah setiap hari, tidak hanya saat menjelang UAS, tidak pula saat tiba tahun ajaran baru. Tapi hari untuk belajar itu adalah setiap saat kita bernafas. Setiap kali jantung kita berdetak lah kita menunjukkan rasa syukur kita pada Yang Esa dan rasa terima kasih kita pada ayah, ibu, bapak dan ibu guru kita. Itu saja, kawan. Tak perlu kita paksa saat dekat-dekat ujian. Setiap goresan pena kita adalah bentuk semangat dan terima kasih kita.
            Kita tahu kita takkan bisa membalas jasa-jasa orang tua dan guru kita. Tapi setidaknya kita akan terus berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Mari, kawan. Tak pantas pula kita hanya menunggu sampai tiba HarDikNas untuk mengacungkan tangan ke langit dan berteriak...
 “AKU BISA!”

Karya : Merajut Kata

Monday, April 30, 2012

Anwar dan Sang Burung Kecil

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat
lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia
bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu
bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela
dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di
jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan
diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk
di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang
berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa
menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada
Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal.
Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar
berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari
hujan, dan dia segera membuka jendela.

“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”

“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam
sampai hujan reda.”

“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum
pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu!
Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”

“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang
tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut
mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh
darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal
lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”

Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,”  pikir Anwar. “sayapmu terlalu
tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana
kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”

“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga
karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,”
mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan
mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih
sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin
berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan
yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang
sangat jauh.”

Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat
sedang terbang?”

Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami.
Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami
indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera
penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal
itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat
jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan
penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat
menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata
kami seperti manusia karena mata Dan Apakah mereka tidak memperhatikan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka ?
tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya
Dia Maha melihat segala sesuatu. (Qs. Al-Mulk, 67:19)

kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala
kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”

Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala
mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung
seperti itu?”

“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang
sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata
mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu
dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga
jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka
dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala
mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan
kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan
jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”

“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar
bertanya.

“Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang
berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya.
“Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami
tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa
serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah
mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan
biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada
ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari
tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari
jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna
untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia
butuhkan.”

Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai
telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku
dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”

“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami
menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya
kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian
burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar
suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara.
Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar
manusia,” sang jelatik memberitahukannya.

Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu.
Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”

Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda
untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam
lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis
layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang
itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”

“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?”
Anwar ingin tahu.

“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata
sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan
melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah
tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi
jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah
membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang
diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS. an-Nahl, 16:79)

“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak
semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.

Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan
kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala
agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami
memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat
berenang.”

“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan
memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”

“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,”
kata sang burung.

Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar
untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat
bersamaan, hujan pun telah reda.

Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan
mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada
teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah
menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang
sedemikian sempurna.”

“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik.
“Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu
tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada
kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”

“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju.
“Semoga Allah melindungimu.” Anwar membuka jendela dan sang burung segera
terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam
ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Karya : Harun Yahya
 

Sunday, April 29, 2012

Tentang Cinta Itu...

Ketika Soskemas berbicara tentang cinta, tidak usah ditanya lagi berapa banyak cinta yang sudah Soskemas berikan untuk kalian semua (ehem,, ehem, ehem), umat terutama. Dan terbukti cinta ini tidak menjadi masalah karena semua diekspresikan dengan tepat, sasarannya tepat dan disaat yang tepat, Dengan background sosial kemasyarakatan-nya, Soskemas hadir untuk melayani dan mengatasi segala permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Lain lagi halnya jika cinta Soskemas bukan untuk umat, tapi untuk Kaderisasi, misalnya. Wah itu sih bukan masalah lagi tapi bencana, begitu kata akh Eko Ari Purnomo (kadept Soskemas). Bagaimana tidak??? Bisa jadi nanti buku-buku yang sedianya akan dialokasikan ke RBA (Rumah Baca Asma Nadia) diberikan semua ke Kaderisasi secara cuma-cuma. Uang donatur yang seharusnya untuk adik-adik SD 2 Rowosari masuk ke kas Kaderisasi tanpa sisa. Kalo sudah begini, siapa yang mau tanggung jawab??? Bukan apa-apa, kalo sudah cinta apa sih yang nggak buat si dia??? Kalo sudah cinta Kaderisasi, ngapain sih mikirin umat??? Hheheh... kan begitu cerita boongnya. 

Kembali ke cinta Soskemas, Soskemas benar-benar memahami bahwa mencintai dan dicintai sama halnya dengan memberi dan menerima. Ketika kita memberi, belum tentu orang lain mau menerima, begitu juga orang yang kita cintai belum tentu mencintai kita. Oleh karena itu, bagaimana pun penerimaan masyarakat terhadap Soskemas, Soskemas akan mencoba untuk berlapang dada dan akan terus menebar cinta.

Nah begitu kawan, mencintai dan dicintai itu memang fitrah manusia. Sehingga, wajar jika setiap orang pernah mengalaminya, karena memang manusia tidak ada yang bisa lepas dari fitrah insani.Yang perlu mendapat perhatian khusus di sini adalah bagaimana mencegahnya selagi belum ada dan bagaimana menanggulanginya selagi mengalaminya. Ketika kawan-kawan belum mengalaminya, yakinkan diri bahwa sudah ada seseorang insan di sana yang dengan setianya menundukkan pandangannya, yang menghijabi hatinya. Dia yang tak ingin mengenalmu sebelum halal untukmu, karena dengan itu ia menjagamu. Maka, hargailah dia dengan berbuat seperti yang dia perbuat untukmu, menundukkan hati dan pandanganmu hingga datang waktunya. Dan yang terpenting kawan, jagalah dulu pandanganmu. Karena mata adalah anak panah Iblis yang akan merusak hatimu.
" DIA (ALLAH) mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam hati..." (QS.40:19)
Allah tahu persis setiap lirikan mata dan niat di hati kita. Semakin bisa menjaga pandangan dari yang haram, maka semakin bersih hati, tenang dan nikmat ibadah/munajat yang kita lakukan. So, jangan biarkan cintamu kepada manusia meluluh lantakkan cintaNya.

Namun, ketika kau tengah mengalaminya sibukkanlah dirimu dengan kegiatan yang bermanfaat. Niscaya bayang-bayang tentang dirinya akan hilang dengan sendirinya seiring hati dan pikiran tercurahkan untuk  kegiatan tsb. Sekali lagi, kegiatan yang bermanfaat, kawan. Contohnya, belajar, bikin PKM, penelitian, dakwah, dsb. Eh, ngomong-ngomong soal kegiatan yang bermanfaat ikutan aja acaranya Soskemas.^_^. Dijamin seru dan bisa melupakan sejenak permasalahanmu karena keberkahan yang Allah berikan di dalamnya Insya Allah, serta berpahala juga tentunya. Selain itu, kegiatan Soskemas adalah cara yang paling ampuh untuk mengekspresikan cintamu, cintamu kepada umat.
Mau tau apa aja agenda Soskemas??? Sering-sering aja ya buka FB dan blognya ^^


Semangat menebar cinta !!!

Sunday, January 15, 2012

"Kenapa kita sering menangisi yg tdk ada tapi jarang sekali mensyukuri yg masih ada, walau itu hanya sisa-sisa."
Astaghfirullah,, masih begitu rendahnya rasa syukur kita kepadaNYA sebagai manusia yg telah diberikan banyak kenikmatan dan fasilitas yg tiada putus-putusnya.
yuk, syukuri hidupmu dengan merasa cukup atas segala nikmat yg ada dan saling berbagi dengan mereka yg tdk seberuntung kita.